Monyet hitam sulawesi atau Yaki (Macaca nigra) atau juga dikenal crested black macaque, Celebes (Sulawesi) crested macaque, atau the black ape adalah satwa endemik dari Pulau Sulawesi bagian utara dan beberapa pulau di sekitarnya. Ciri khasnya adalah rambut berwarna hitam di sekujur tubuh kecuali punggung dan selangkangan yang agak terang. Kepala hitam berjambul, muka tidak berambut, moncong lebih menonjol. Panjang tubuh hingga 44,5-60 cm, ekor 20 cm dan berat 15 kg.
Satwa ini dilindungi berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah RI No.7 Tahun 1999. Hewan ini bisa ditemukan di Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus, Cagar Alam Gunung Duasudara, Cagar Alam Gunung Ambang, Gunung Lokon dan Tangale, dan menyukai tempat-tempat di dekat perairan.
Sumber : Wikipedia
Yaki (Monyet hitam Sulawesi); crested black macaque
Photo by Francesco Veronesi
Tangkoko, Sulawesi Tengah
Agustus 2010
Monyet hitam sulawesi hanya ditemukan di dua pulau di Indonesia, Pulau Sulawesi dan Pulau Bacan, 555 km di timur laut Sulawesi.
Ada tujuh jenis primata sulawesi,
1. Monyet hitam Dare (Macaca maura) di bagian selatan dari kawasan baratdaya
2. Monyet Tonkean (Macaca tonkeana) dari pegunungan sekitar Enrekang di Sulawesi Selatan ke utara hingga Gorontalo di Sulawesi Utara
3. Monyet hitam atau Yaki (Macaca nigra) di semenajung utara
4. Monyet hitam Hada (Macaca ochereata) di semenanjung tenggara.
Selain empat jenis primata itu-untuk melengkapinya menjadi tujuh-ada tambahan tiga taksa, yang kadang-kadang dinyatakan sebagai jenis dan kadang-kadang sebagai subjenis yaitu
Macaca nigriscens , Macaca hecki, Macaca brunnescens
Kutipan:
Melestarikan Alam Indonesia / Jatna Supriatna, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008)

Tonkean Macaque
Photo by Francesco Veronesi
Lore Lindu, Sulawesi Tengah
Agustus 2010
Yaki (Macaca nigra) atau Monyet berjambul sulawesi merupakan jenis monyet endemik Sulawesi Utara. Populasinya hanya terdapat mulai dari ujung timur laut Sulawesi hingga ke dekat Kotamobagu. Tubuhnya berwarna hitam seluruhnya, kecuali pada bagian pantat yang disebut inchial callosities yang berwarna kemerahan. Panjang kepala dan badan binatang dewasa berkisar antara 45 hingga 57 cm, beratnya bervariasi antara 4 hingga 11 kg. Yaki hidup secara berkelompok. Besar kelompoknya antara 5 sampai 10 ekor. Kelompok yang besar biasanya terdiri atas beberapa pejantan dengan banyak betina dewasa. Perbandingannya adalah satu pejantan untuk kira-kira 3 ekor betina.
Yaki adalah pemakan buah, disamping juga serangga. Tapi buah adalah yang utama. Lebih dari setengah menu hariannya terdiri dari buah. Buah yang paling digemarinya adalah dari jenis-jenis beringin (Ficus benjamina, F. caulocarpa, F. drupacea), Rao (Dracontomeolon dao), dan Kananga (Cananga odorata). Di bagian hutan yang lebih bersemak, mereka makan banyak buah Sirih (Piper aduncum) dan serangga (seperti jangkrik dan kumbang). Yaki juga dikenal dikenal sebagai penjarah tanaman pertanian dan suka makan jagung, pepaya, mangga, dan kelapa.
Semenanjung Sulawesi Utara memiliki tiga jenis yaki, yaitu Macaca nigra (terdapat di semenanjung utara), M. nigrescens (terdapat didaerah kabupaten Bollang Mongondow), dan M. hecki.
Status
Di antara tiga jenis Macaca di Sulawesi bagian utara, Yaki (Macaca nigra) adalah yang paling terancam. Mereka paling banyak dijumpai di Cagar Alam Tangkoko-Duasudara. Tapi sekarang, jumlah mereka di kawasan ini sedang merosot dengan cepat, yakni dari 300 ekor/km2 pada tahun 1980 menjadi 58 ekor/km2 pada tahun 1995. Ini berarti bahwa hanya dalam jangka waktu 15 tahun telah terjadi pengurangan sebesar 75%. Di Suaka Margasatwa Manembo-nembo populasi mereka juga menurun. Antara tahun 1988 dan 1995, penurunan yang terjadi dalah sebesar 40%.
Ancaman paling utama bagi binatang ini adalah perburuan. Yaki diburu untuk dimakan dalam pesta atau perayaan, dan juga dijual di pasar. Pasar-pasar daging satwa liar yang utama terdapat di Imandi, Langowan, Kawangkoan, Tompasobaru, Tomohon, Bitung, dan Manado. Selain itu, monyet juga diburu oleh petani untuk dimakan serta untuk melindungi kebun dari gangguan. Hasil-hasil survey kami di dalam hutan menemukan jerat dan perangkap binatang dimana-mana. Yaki adalah sasaran pengkapan yang paling utama karena dagingnya dapat dijual dengan harga mahal.
Saat ini, banyak populasi monyet yang terkurung dalam kantong-kantong hutan yang kecil. Populasi yang paling besar terdapat di Tangkoko, Manembonembo, dan Gunung Ambang. Sedangkan yang yang lebih kecil terpencar di hutan-hutan yang lain (misalnya hutan lindung) tapi jumlahnya masih belum diketahui. Sangatlah penting untuk melakukan pemantauan terhadap populasi yang ada dalam hutan-hutan seperti ini.
Ancaman yang lain terhadap monyet adalah penangkapan hidup-hidup untuk perdagangan binatang piaraan. Pada tahun 1980, jumlah monyet yang dipelihara di lembah Dumoga saja mencapai 100 ekor. Memelihara monyet sebenarnya berbahaya bagi manusia karena monyet ini diketahui membawa virus Herpes Simian type B yang mematikan!
Kutipan :
Teguh, H., Manoppo, R., Siwu S. (2001) Mengenal Beberapa Satwa Sulawesi Utara dan Gorontalo. WCS-IP Sulawesi. Manado.
Sumber : Celebes biodiversity
0 komentar:
Posting Komentar